More

    Media Korea Utara Sensor Gol Pemain PSG di Piala Dunia Antarklub 2025

    Media Korea Utara Sensor Gol Pemain PSG di Piala Dunia Antarklub 2025

    Daftar Isi

    Latar Belakang Penyensoran Media Korea Utara terhadap Atlet Dunia

    Sejak lama, media di Korea Utara dikenal sangat ketat dalam mengendalikan informasi yang beredar di masyarakatnya. Pemerintah yang berkuasa melalui Partai Buruh mengatur seluruh tayangan televisi, termasuk siaran olahraga internasional, agar sesuai dengan garis besar propaganda rezim. Konten yang dianggap mampu mempengaruhi pandangan rakyat terhadap negara tetangga, termasuk Korea Selatan dan negara-negara Barat, selalu disaring dan disensor secara ketat.

    Penyensoran ini tidak hanya berlaku pada gambar atau video, tetapi juga dalam penyajian narasi dan identitas peserta. Media Korea Utara secara aktif menghapus keberadaan tokoh dari Korea Selatan, seperti pemain sepak bola terkenal Son Heung-min atau Hwang Hee-chan, dari siaran langsung maupun highlight pertandingan. Bahkan logo, bendera, dan identitas nasional negara tetangga sering dipixellate agar tidak muncul di layar televisi mereka.

    Dalam konteks olahraga internasional, penyensoran ini menjadi bagian dari strategi politik untuk meminimalisir pengaruh luar dan menjaga narasi resmi rezim. Tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 2010 saat Piala Dunia, di mana Korea Utara bahkan diyakini diberi informasi yang salah tentang juara dunia agar sesuai dengan narasi propaganda mereka.

    Penyensoran Gol Pemain PSG di Piala Dunia Antarklub 2025 oleh Korea Utara

    Pada ajang Piala Dunia Antarklub 2025 yang berlangsung di Amerika Serikat, tidak semua negara menyaksikan pertandingan secara lengkap dan utuh. Khususnya di Korea Utara, siaran pertandingan yang melibatkan tim dari luar negeri sering mengalami penyensoran ketat, termasuk saat pertandingan PSG melawan Atletico Madrid di Rose Bowl Stadium, Pasadena, California.

    Dalam pertandingan tersebut, PSG berhasil meraih kemenangan telak 4-0 berkat gol dari pemain asal Korea Selatan, Lee Kang-in, melalui penalti pada menit ke-97. Namun, yang menarik adalah, dalam siaran resmi di Korea Utara, wajah Lee Kang-in dan nomor punggungnya dikaburkan. Bahkan, saat penyerang muda tersebut mencetak gol keempat, tayangan langsungnya tidak menampilkan identitas lengkap dari pemain tersebut.

    Keputusan ini menunjukkan betapa ketatnya sensor media di Korea Utara yang selalu berusaha menampilkan narasi sesuai dengan keinginan pemerintah. Mereka enggan menampilkan pemain dari Korea Selatan secara penuh, apalagi yang merupakan simbol keberhasilan dan kebanggaan bangsa tersebut di panggung internasional. Bahkan, dalam beberapa siaran pertandingan Asia dan Liga Champions, logo dan bendera Korea Selatan sering diproses secara digital agar tidak terlihat.

    Selain itu, dalam tayangan resmi, nama-nama pemain dari Korea Selatan sering tidak disebutkan secara lengkap, dan keberadaan mereka sering dihapus dari setiap tayangan yang disiarkan ke publik. Padahal, di dunia internasional, Lee Kang-in dianggap sebagai salah satu pemain muda berbakat yang menunjukkan performa impresif di PSG dan kompetisi antarklub dunia.

    Pengaruh Politik dalam Siaran Olahraga Internasional

    Olahraga memang sering dipandang sebagai arena persaingan yang murni dan mengedepankan prestasi. Namun, kenyataannya, di Korea Utara, olahraga dan siarannya tidak lepas dari pengaruh politik dan propaganda rezim. Pemerintah menggunakan media sebagai alat untuk memperkuat narasi nasionalisme dan menanamkan citra superioritas politik mereka.

    Misalnya, saat tim nasional Korea Utara mengikuti kompetisi internasional, media setempat akan menyoroti keberhasilan dan keberanian para atlet dalam menghadapi tekanan politik. Sebaliknya, kegagalan atau ketidakhadiran pemain dari Korea Selatan atau negara lain yang dianggap sebagai “musuh” akan dihapus dari tayangan resmi mereka.

    Pengaruh ini juga terlihat dalam penamaan tim dan pemain. Nama-nama pemain dari Korea Selatan sering diganti dengan istilah yang lebih netral atau bahkan dihapus. Dalam beberapa kasus, media Korea Utara menyebut tim-tim internasional sebagai “skuat boneka”, sebuah istilah propagandistik yang bertujuan menampilkan bahwa mereka adalah alat dari kekuatan asing yang berusaha mengendalikan rakyat.

    Selain itu, dalam siaran langsung, logo, bendera, dan simbol negara tetangga sering diproses secara digital agar tidak muncul di layar. Bahkan, saat pertandingan Piala Dunia dan Piala Asia, mereka menampilkan narasi yang mendukung kebijakan politik rezim dan menegaskan identitas nasional yang sesuai dengan garis resmi pemerintah.

    Peran Media dan Propaganda dalam Konten Olahraga di Korea Utara

    Di Korea Utara, media bukan hanya sebagai sarana informasi, tetapi juga sebagai alat propaganda yang kuat. Sejak usia dini, warga negara diajarkan bahwa media adalah sumber kebenaran dan alat untuk memperkuat ideologi rezim. Dalam konteks olahraga, media digunakan untuk menampilkan prestasi nasional yang diwarnai propaganda dan narasi politik.

    Contohnya, dalam siaran pertandingan internasional, media Korea Utara akan menyoroti keberanian dan kekompakan tim mereka, sementara keberhasilan pemain dari negara musuh disembunyikan atau dihapus. Bahkan, dalam beberapa kasus, mereka menampilkan cerita heroik tentang atlet yang dianggap mampu memperkuat citra politik rezim.

    Penyensoran terhadap pemain dari Korea Selatan dan negara-negara barat juga dilakukan secara ketat. Logo, bendera, dan identitas lain disensor agar tidak menimbulkan rasa nasionalisme yang berlebihan terhadap negara lain. Dalam konteks ini, olahraga menjadi alat penguat narasi nasionalisme dan memperkuat kekuasaan politik rezim Korea Utara.

    Selain itu, siaran pertandingan sering diiringi narasi yang mendukung kebijakan pemerintah dan menjelek-jelekkan negara tetangga yang dianggap sebagai ancaman. Ini membuat rakyat Korea Utara tetap dalam pola pikir yang sesuai dengan propaganda rezim, sehingga mereka tidak terlalu mengenal keberhasilan dan identitas pemain dari luar negeri secara objektif.

    Dampak Penyensoran terhadap Penggemar Sepak Bola di Indonesia

    Berbeda dengan Korea Utara, Indonesia sebagai negara demokratis dan beragam budaya memiliki kebebasan lebih dalam menyiarkan dan menikmati sepak bola. Penggemar di tanah air dapat menyaksikan pertandingan dari berbagai kompetisi internasional secara lengkap, termasuk Liga Champions, Liga Inggris, dan Piala Dunia.

    Namun, fenomena penyensoran dan pengaturan konten juga tidak sepenuhnya hilang. Beberapa acara olahraga yang disiarkan melalui televisi nasional sering kali mengalami sensor tertentu, terutama dalam menyampaikan identitas pemain atau cerita-cerita yang bisa memicu isu politik dan sosial. Akan tetapi, secara umum, masyarakat Indonesia cukup leluasa menikmati siaran langsung dan live score dari berbagai pertandingan.

    Dengan akses yang lebih terbuka, penggemar sepak bola di Indonesia bisa mengikuti perkembangan tim favorit secara lengkap, termasuk profil pemain, statistik terbaru, dan highlight pertandingan. Hal ini berbeda jauh dari situasi di Korea Utara yang sangat membatasi tayangan dan informasi terkait pemain asing dan tim nasional mereka.

    Selain itu, kemudahan akses melalui layanan nonton bola online dan live score melalui berbagai platform digital semakin memudahkan masyarakat Indonesia untuk mengikuti pertandingan secara real-time, tanpa harus bergantung pada siaran televisi tertentu. Ini menjadi salah satu faktor yang memperkuat kecintaan masyarakat terhadap sepak bola dan meningkatkan pengetahuan mereka tentang dunia olahraga internasional.

    Fenomena Lee Kang-in dan Pengaruhnya di Dunia Sepak Bola Korea Selatan

    Lee Kang-in, pemain muda berusia 23 tahun asal Korea Selatan, saat ini menjadi salah satu bintang yang sedang naik daun di panggung internasional, terutama setelah bergabung dengan Paris Saint-Germain (PSG). Performa impresif Lee di klub dan kompetisi antarklub dunia menjadikannya sorotan utama, baik di dalam maupun luar negeri.

    Dalam lima pertandingan terakhir yang diikutinya bersama PSG hingga Oktober 2023, Lee menunjukkan konsistensi dan kemampuan teknikal tinggi. Berikut data performa Lee Kang-in dalam lima pertandingan terakhir:

    Pertandingan Tanggal Melawan Penampilan Gol Assist Catatan Khusus
    PSG vs Olympique Lyon 01/09/2023 Olympique Lyon 90 menit 1 1 Gol melalui tendangan bebas
    PSG vs Marseille 15/09/2023 Marseille 85 menit 0 2 Assist dari umpan silang
    PSG vs AS Monaco 30/09/2023 AS Monaco 90 menit 0 1 Penguasaan bola tinggi
    PSG vs Lille 10/10/2023 Lille 90 menit 2 0 Gol dari jarak jauh
    PSG vs Rennes 25/10/2023 Rennes 80 menit 1 1 Gol dari tendangan bebas

    Performa Lee Kang-in yang konsisten di klub menarik perhatian banyak penggemar sepak bola di Indonesia dan Asia. Di tengah isu penyensoran dan manipulasi informasi di Korea Utara, keberadaan Lee sebagai pemain dari Korea Selatan menjadi simbol keberhasilan dan kebanggaan bangsa, sekaligus menjadi contoh bagaimana atlet dari negara tetangga bisa menembus batas politik dan propaganda.

    Di Indonesia sendiri, Lee Kang-in menjadi salah satu pemain yang paling banyak dibicarakan di media sosial dan platform nonton bola online. Para penggemar menyukai gaya bermainnya yang kreatif dan energik, serta kemampuannya dalam mengatur serangan dari lini tengah. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun di Korea Utara ada sensor ketat, di Indonesia dan negara lain, sepak bola tetap menjadi ajang unjuk prestasi dan inspirasi bagi banyak orang.

    Perbandingan Penyiaran Sepak Bola di Indonesia dan Korea Utara

    Di Indonesia, siaran sepak bola berlangsung secara terbuka dan bebas dari sensor ketat seperti di Korea Utara. Masyarakat dapat menyaksikan pertandingan secara langsung melalui televisi nasional maupun platform digital, termasuk live streaming dan live score dari berbagai liga dan turnamen internasional. Informasi yang disajikan umumnya lengkap, termasuk profil pemain, statistik, dan highlight pertandingan.

    Sementara itu, di Korea Utara, penyiaran sepak bola sangat dikendalikan. Hampir semua konten disensor dan disesuaikan dengan narasi politik rezim. Identitas pemain dari Korea Selatan dan negara lain sering dihapus atau diproses secara digital agar tidak muncul di layar. Bahkan, keberhasilan atau prestasi pemain dari negara tetangga tidak pernah dipromosikan secara positif di media resmi mereka.

    Perbedaan ini mencerminkan bagaimana kebebasan media dan akses informasi memengaruhi pengalaman penggemar sepak bola. Di Indonesia, penggemar bebas mengikuti perkembangan dan mendukung tim favorit secara penuh, sementara di Korea Utara, mereka hanya menerima versi yang sudah disaring dan dikontrol oleh pemerintah.

    Kebebasan ini menjadi salah satu kekuatan Indonesia dalam mengembangkan olahraga dan meningkatkan minat masyarakat terhadap sepak bola. Dengan adanya platform digital dan layanan nonton bola online, masyarakat Indonesia dapat mengikuti kompetisi dunia secara lengkap dan up-to-date, mendukung pemain favorit, dan memahami dinamika sepak bola internasional secara lebih luas.

    Artikel Terbaru

    spot_imgspot_img

    Artikel terkait